19 Agustus 2008
29 Juli 2008
Era baru HMI
Kalla dan Akbar menyaksikan peristiwa besar dalam sejarah pergerakan kemahasiswaan di Indonesia itu. HMI adalah organisasi mahasiswa terbesar di negeri ini. Organisasi ini mengalami kemunduran peran sejarahnya akibat represi dan kooptasi kekuasaan Orde Baru. Mereka terbelah antara lain karena konflik kepentingan. Sehingga muncul dua faksi, yakni HMI Diponegoro dan HMI Majelis Penyelamat Organisasi (MPO). Dua kubu itulah yang kini sepakat kembali bersatu. HMI akan menjadi kekuatan besar dalam pergerakan dan harus mampu membangun insan inteligensia yang komit, humanis, dan saleh sosial.
"HMI memasuki era baru. HMI bakal berkibar lagi dengan titik temu yang didukung Kalla dan Akbar ini," ujar Fajar Zulkarnain, Ketua Umum PB HMI Diponegoro 2006-2008.
Komitmen islah itu dibacakan Ketua Umum PB HMI Dipo 2006-2008 Fajar Rahmat Zulkarnain dan Ketua PB HMI MPO 2007-2009 Syahrul Effendy Dasopa. Keduanya hadir dan ikut serta dalam pembukaan Kongres XXVI HMI di Hotel Novotel, Pelambang, Senin (28/7)."HMI Diponegoro dan HMI MPO sepakat untuk meruntuhkan ego pribadi dan ego kelompok dan menyatu dalam upaya bersama menegakkan syiar Islam," tegas keduanya ketika bergantian membacakan pernyataan islah di depan sekitar 4 ribu kader dan alumni HMI.
Ikrar islah tersebut langsung disambut standing ovation seluruh hadirin. Termasuk di antaranya Kalla, Akbar, dan Menteri Perindustrian Fahmi Idris. Ada kegembiraan di hati mereka melihat organisasi itu bersatu kembali.
HMI harus mengingat kembali sejarah ketika seorang mahasiswa, Lafran Pane, mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam pada 1947. Sebagian besar mahasiswa yang diajaknya untuk ikut serta adalah mereka yang berasal dari perguruan tinggi umum. Mereka mendirikan HMI, antara lain, justru karena ingin belajar 'Islam'.
HMI dideklarasikan antara lain sebagai organisasi mahasiswa yang independen, kader umat dan bangsa. Mereka bukan organisasi politik praktis dan tidak menjadi onderbouw. Wajar jika Jenderal (Besar) Sudirman di masa perang kemerdekaan itu menyebut HMI sebagai Harapan Masyarakat Indonesia. Soalnya, dalam HMI berkumpul orang terpelajar yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi masa depan bangsanya. Ada warna ke-Islaman dan kebangsaan sejak kelahirannya.Tidaklah mengherankan, ketika RI menghadapi perang kemerdekaan melawan Belanda, mereka juga mendirikan pasukan bersenjata yang dikenal sebagai Corp sebuah partai politik, termasuk partai politik Islam.
Dengan cita-cita pendirian HMI seperti itu, harus diakui, tidaklah mudah memegang khittah HMI di tengah lingkungan keumatan dan kebangsaan selama ini. Pluralisme yang mewarnai umat dan bangsa tentu menyulitkan formula HMI sebagai kader umat dan bangsa.Dalam perjalanannya, HMI selalu ditarik ke kanan dan ke kiri untuk berpihak kepada salah satu kekuatan umat dan bangsa. Sikap independen sering menjadi pertaruhan tidak mudah. Tidak jarang HMI dikesankan sebagai tidak independen lagi. Di era reformasi ini, HMI seharusnya memberikan pengalaman spiritual dan organisasional.
Aktivis HMI umumnya berkeyakinan baru melihat Islam sebagai sebuah agama yang betul-betul komplit dalam HMI. Apalagi HMI dikenal sangat moderat, inklusif dan liberal. Di HMI, ke-Islaman dan ke-Indonesiaan tidak dapat dipisahkan melainkan dia menjadi satu, artinya HMI menekankan nasionalisme yang dilandasi oleh semangat ke-Islaman ala HMI.
Segala aktivitas HMI harus dapat membentuk kader yang berkualitas dan komit dengan nilai-nilai kebenaran. HMI hendaknya menjadi wadah organisasi kader yang mendorong dan memberikan kesempatan berkembang pada anggotanya demi memiliki kualitas seperti ini agar dengan kualitas dan karakter pribadi yang cenderung pada kebenaran (hanif).
"Dengan cara demikian, setiap kader HMI dapat berkiprah secara tepat dalam melaksanakan pembaktiannya bagi kehidupan bangsa dan negaranya," kata Ray Rangkuti, aktivis LSM dan alumnus HMI. (waspada)
27 Juli 2008
Rapat SC Kongres HMI XXVI Menetapkan 15 Calon Kandidat Ketua Umum PB HMI 2008-2010
Setelah diawali dengan verifikasi yang dihadiri oleh sebagian besar SC Kongres HMI XXVI, maka hasil verifikasi SC menetapkan 15 nama sebagai berikut berdasarkan nomor urut adalah:
1. Minarni (Sekjen PBHMI)
2. Hasbulah Khatib (Ketua BPL PBHMI)
3. Muslim Hafidz (Ketua Bidang PPN PBHMI)
4. Nimran Abdurahman (Ketua Bidang Hukum & HAM PBHMI)
5. Arif Mustofa (Ketua Bidang PA PBHMI)
6. Sukmono Kumba (Wakil Sekjen PPN PBHMI)
7. M. Arfan (Ketua Bidang Hubungan Internasional PBHMI)
8. Imam Syafii (Ketua Bidang PAO PBHMI)
9. Farhan Syuhada (Wakil Sekjen PAO PBHMI)
10. Adi Wibowo (Ketua Bidang KPP PBHMI)
11. Jailani (Ketua Bidang Media Infokom PBHMI)
12. Amirulzzahri (Ketua Badko HMI NAD)
13. Pomiga Orba Yusra (Wakil Bendahara Umum PBHMI)
14. Deding Zamahsyarih (Ketua Bidang PTKP PBHMI)
15. Nasir Siregar (Wasekjen Eksternal PBHMI)
Dan dalam kesempatan yang sama semua kandidat dan tim sukses yang hadir tadi malam bersepakat untuk mendorong Kongres HMI XXVI di Palembang sebagai Kongres yang berkualitas. Dengan tetap menjunjung tinggi rasa persaudaraan maka siapapun yang akan terpilih akan didukung secara legowo. (pbhmi)
12 Mei 2008
atas
PELANTIKAN PENGURUS HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOMISARIAT UISU MEDAN PERIODE 2008-2009
pada Tanggal 27 April 2008
SUSUNAN KEPENGURUSAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOMISARIAT UISU MEDAN
PERIODE 2008-2009
KETUA UMUM_______________________ : TAMREN SIREGAR
KETUA BIDANG PPPA ________________ : KALNA SURYA SIREGAR
KETUA BIDANG PT/KP________________ : AZHARUDDIN
KETUA BIDANG KPP________________ _: ABDUL AZIZ NASUTION
KETUA BIDANG PP___________________ : EKA HANDAYANI GINTING
SEKRETARIS UMUM_________________ _: ALI UMAR
WAKIL SEKRETARIS UMUM____________: AYAH TULLAH KHOMENI
WAKIL SEKRETARIS UMUM____________: IRVAN SATRIA IR
WAKIL SEKRETARIS UMUM__________ _ : SUTANTO
WAKIL SEKRETARIS UMUM____________: WANI OKTAVIA
BENDAHARA UMUM___________________: MARIANI GUSTINA AFZA
WAKIL BENDAHARA UMUM_________ ___: CHURNIAWAN
WAKIL BENDAHARA UMUM___________ _: DEWI KARTIKA
WAKIL BENDAHARA UMUM___________ _: SUSI RAHAYU
WAKIL BENDAHARA UMUM__________ _: GINDA TARMIZI BATUBARA
DEPARTEMEN – DEPARTEMEN
Pendidikan dan Pelatihan Anggota ________: PALTI RAJA SIREGAR
__________________________________ ____M. ARDI FAHRIZA
Penelitian dan Pengembangan Anggota ____: ARHAMUDDIN
__________________________________ ____CITRA DEWI PASARIBU
Data Anggota ______________________ ___: FAHRIZAL JEFRI
Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan______: JALIL MADANI
_________________________ _____________ABDURRAHMAN SIREGAR
Kepemudaan __________________________: RUSTU MOYO
_______________________________________ARMISAH SIREGAR
Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi _: ELIYANA
_____________________________________ _RAHMAD AZHAR KALOKO
______________________________________ IBRAHIM SANJAYA SIREGAR
______________________________________ RICKY WILASTRA
Kajian Keperempuanan _______________ __: ARINA HUSNA
___________________________________ ___FITRI HANDAYANI
PSDP _____________________________ __: SITI AISYAH
Data dan Pustaka ____________________ :: FATMA SARI HARAHAP
Ketatausahaan ________________________: DOLLY SAHAD HASIBUAN
____________________________________ _ CHAIRANI MANDAY
Pengelolaan Sumber Dana ______________ : SITI YUSNIDA DESIANA TANJUNG
_____________________________________ RICKY POLITIKA SIRAIT
Logistik _____________________________ : SYAFRUDDIN
________________________________ ______MATSEH
06 Maret 2008
Membangun Jiwa Kepemimpinan
Setiap orang ditakdirkan menjadi pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh sekat yang ia ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas.
Seberat apapun tugas anda sebagai pemimpin, terlepas dari formal - non formalnya atau skala besar - kecilnya, maka yang perlu anda lakukan adalah menciptakan persiapan sempurna menjelang peluang menjadi pemimpin datang. Persiapan adalah bagian dari solusi mental sebelum solusi konkrit harus anda lakukan. Bahkan seringkali peluang apapun baru bisa anda dapatkan setelah anda memiliki persiapan mental yang layak untuk menerimanya. Sayangnya bagi sebagain besar individu terkadang justru peluang yang dikejar habis-habisan sementara persiapan mental tidak dilakukan.
Menyangkut masalah persiapan maka pilihan sepenuhnya berada di bawah kontrol anda; apakah anda mempersiapkan diri sebagai pemimpin atau sama sekali tidak mempersiapkannya. Moment tersebut akan menjemput anda dan konsekuensinya tergantung dari pilihan yang anda ciptakan. Karena kepemimpinan hidup berupa achievement, bukan gift, maka yang perlu anda persiapkan adalah melakukan perbaikan kepemimpinan dari dalam diri anda. Tentang bagaimana proses alamiah yang harus anda jalani, ikutilah beberapa langkah berikut:
1. Belajar Siap Dipimpin
Dalam hal kepemimpinan, dunia ini hanya memberikan dua pilihan antara anda dipimpin atau memimpin sesuai dengan kapabilitas, kualitas, dan kekuatan anda. Kekacauan akan segera terjadi ketika anda dipimpin tetapi melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan pemimpin atau sebaliknya.
Untuk menjadi pemimpin, maka anda harus mengawalinya dengan kesiapan untuk mau dipimpin. Dalam organisasi, bawahan yang tidak siap dipimpin akan kehilangan kesempatan emas untuk mempelajari bagaimana kelak ia akan menjadi seorang pemimpin. Seluruh waktu dan energinya dihabiskan hanya untuk menciptakan reaksi-reaksi sesaat yang sia-sia. Di bidang politik seringkali terjadi kepemimpinan yang diraih dengan cara yang melupakan proses kesiapan dipimpin akan berakhir dengan cara yang sama dengan ketika ia mendapatkannya.
Sebelum anda memimpin orang lain, maka wujud dari kesiapan untuk dipimpin adalah begaimana memimpin diri anda (Personal Mastery). Wilayah yang harus anda kuasai adalah self understanding (pemahaman diri) dan self management (pengelolaan diri) yang meliputi perangkat nilai hidup, tujuan hidup, misi hidup anda. Kedua kemampuan tersebut akan mengantarkan anda menuju pola kehidupan beradab dan efektif. Dengan kata lain, self understanding dan self management pada saat anda dipimpin akan menciptakan tradisi hidup sehat di mana fokus adalah tujuan akhir, bukan lagi egoisme posisi jangka pendek tetapi realisasi misi. Jika tujuan akhir anda adalah kemajuan dan kebahagian, maka tinggalkan tradisi "Ngerumpi" tentang begitu jelasnya kesalahan hidup yang dilakukan oleh pemimpin anda sehingga akan menjadikan anda kabur melihat sesuatu yang perlu anda lengkapi untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin.
2. Belajar Mampu Memimpin
Sebutan pemimpin terlepas dari perbedaan definisi, perbedaan status formal dan non-formal, perbedaan strata atau job title-nya, mengarah pada satu pemahaman sebagai sumber solusi suatu urusan. Jadi pemimpin adalah orang yang isi pikirannya berupa solusi bukan masalah yang ia rasakan. Maka syarat mutlak yang bersifat fundamental adalah memiliki paket keahlian dan paket kekuatan. Paket keahlian merujuk pada kualitas personal yang sifatnya internal mulai dari skill, knowledge, attitude, atau lainnya sedangkan paket kekuatan merujuk pada power yang bisa berbentuk kekayaan, networking, atau mungkin kekuatan fisik. Keahlian berguna untuk memimpin kelompok ahli sementara kekuatan berguna untuk memimpin khalayak umum.
Kedua paket tersebut yang menjadikan pemimpin sebagai pemilik suatu urusan bukan lagi menjadi bagiannya, mulai dari urusan pribadi, khalayak, system, atau kiblat hidup orang banyak. Karena sebagai pemilik urusan, maka harga seorang pemimpin senilai dengan harga jumlah orang - orang yang dipimpinnya. Satu Mahatma Gandhi atau satu Soekarno nilainya sama dengan jutaan manusia yang mengkuasakan urusan kehidupan kepadanya.
Di dunia ini tidak ditemukan calon pemimpin yang siap pakai. Tetapi bisa diselesaikan dengan cara belajar mengembangkan diri. Pemimpin yang berhenti mengembangkan keahlian dan kekuatannya maka akan muncul fenomena di mana tantangan kepemimpinan lebih besar dari kapasitasnya sehingga akan cepat sampai pada titik di mana ia harus di-disqualified-kan untuk segera diganti. Mengapa? Karena semua keputusan yang dihasilkan dari kepemimpinannya ibarat bumbu ayam goreng yang hanya dipoleskan pada permukaan sehingga rasanya tidak menyeluruh atau meresap hingga ke dalam daging ayam tersebut.
Setiap orang tua pernah menjadi anak-anak, setiap atasan pernah menjadi bawahan tetapi tidak semua orang tua dan atasan mampu memimpin ketika ia dinobatkan menjadi pemimpin. Banyak alasan mengapa hal itu terjadi yang antara lain karena keputusan kepemimpinannya kehilangan konteks atau keahlian dan kekuatan memimpin yang digunakan sudah tidak lagi berlaku pada zamannya alias sudah kadaluwarsa. Ketika anda memimpin pahamilah isi pikiran anda ketika menjadi bawahan; ketika anda menjadi atasan jangan lantas melupakan bagaimana anda dahulu menjadi bawahan. Selain itu gunakan keahlian dan kekuatan yang masih relevan untuk kondisi saat itu.
3. Materi Kepemimpinan
Institusi atau organisasi apapun yang anda pimpin, termasuk kehidupan anda, membutuhkan materi yang bisa dipelajari untuk kemudian diajarkan kepada pihak yang anda pimpin. Karena semua orang sudah ditakdirkan menjadi pemimpin, maka secara pasti anda memiliki materi kepemimpinan hidup yang bisa diajarkan. Kendalanya, di manakah file materi hidup itu anda simpan? Filing materi yang tidak sistematik akan menyulitkan anda untuk me-recall-nya ketika materi tersebut harus anda ajarkan. Karena tidak anda temukan file-nya, maka setiap kesalahan orang yang anda pimpin akhirnya diselesaikan tergantung mood.
Kenyataan membuktikan, ketika orang tua tidak menemukan file materi untuk diajarkan kepada putra-putrinya; ketika atasan tidak menemukan file materi untuk diajarkan kepada bawahannya, maka putra-putri atau bawahan anda akan diajar oleh pihak lain. Hal ini tidak menjadi masalah selama pengajaran pihak lain mendukung harapan anda, tetapi bagaimana kalau pengajarannya bertentangan seratus persen dengan nilai, keyakinan, visi, misi anda? Bukan lagi sekedar persoalan yang pantas disalahkan tetapi juga terkadang memalukan. Putra-putri perlu dididik, bukan sekedar diberi makan; bawahan perlu diberdayakan, bukan sekedar diawasi sebab anda di mata mereka adalah pemimpin yang berarti "The world".
13 November 2007
HMI Harus "Back To" Kampus
HMI Harus “Back To” Kampus
REALITAS OBYEKTIF YANG DIHADAPI
Tata dunia masa depan baik mikro (antar individu, keluarga, dll) maupun makro (multilateral) akan mengandalkan jaringan kerja. Selama ini, aktualisasi HMI terbentur pada kurang mampunya kita membangun hubungan dan kerjasama dengan pihak-pihak lain.
Pengembangan jaringan kerja ini penting dikarenakan tiap kelo.k memiliki competency keunggulan competitive dan comparative yang berbeda. Jaringan perkaderan perlu dilakukan karena kita tidak mampu untuk mengajarkan semua competency kepada kader dan wadah penyalurannya (orbit kader)
Pengembangan jaringan dan penciptaan opini hendaknya diperlakukan dalam sebuah desain program yang menyatu dan utuh. Tidak terpisah, karena pengembangan jaringan ibarat mulut dan penciptaan opini bagaikan ucapan. Di sinilah peran penting strategy positioning dalam merencanakan dan melaksanakan kedua proyek ini. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan strategy positioning untuk konteks tantangan kekinian HMI :
Paradigma Politik Kekuasaan
Jaringan gerakan mahasiswa (GM) intra kampus telah mampu mendorong keterlibatan mahasiswa secara masif dalam reformasi 98’. Hal ini terjadi karena di arena kampuslah ruang ekspresi masih tersedia untuk mengontrol kebijakan publik. Oleh karena itulah GM ekstra kampus berlomba memasuki kampus dengan paradigma politik kekuasaan yakni penguasaan lembaga-lembaga intra kampus. Saat ini ruang ekspresi sangat luat (euphoria) dan cenderung tak terkendali. GM ekstra kampus tak memerlukan lagi organisasi mantel atau apapun untuk menunjukkan sikapnya. Oleh karenanya diperlukan rumusan alternatif tentang paradigma HMI terhadap intra kampus. Variabel ini menuntun kita untuk merumuskan cara umum pendekatan kepada intra kampus.
Otonomi sistem pendidikan perguruan tinggi
Pembangunan suatu daerah hendaknya didasarkan pada riset-perencanaan yang menyeluruh oleh lembaga setingkat perguruan tinggi (PT). Sejurus dengan itu, sistem pendidikan sedang bergerak menuju eksperimentasi baru yakni otonomi system pendidikan PT. HMI memiliki kepentingan besar untuk ikut mengarahkan dan merumuskannya menuju sistem pendidikan PT otonom yang humanis-liberatif, demokratis, dan berbasis pada tantangan transformasi masyarakat dan penguatan potensi daerah setempat. Karena pada dari pendidikanlah proyek cut generation untuk revolusi sistemik memiliki peran dan posisi strategis yang berdampak jangka panjang. Variabel ini menuntun kita untuk menemukenali ide dasar tentang kaitan SDM DAN SISTEM PENDIDIKAN masa depan bagi kader dan HMI.
Pola GM intra kampus alternative
Pola gerakan massa seperti GM 98’ perlu dikaji ulang relevansinya di masa kini dan mendatang. Kecenderungan menghilangnya pola kesatuan aksi, bebasnya GM ekstra kampus, serta kemungkinan munculnya pola kelo.k-kelo.k diskusi sebagaimana di awal 80’an telah menyodorkan soal baru: ”Pola GM intra kampus seperti apa yang tepat?”
Selain itu HMI memiliki misi keislaman di kampus yang ditujukan untuk malaksanakan dakwah Islam. Kecenderungan keislaman para civitas akademika baik yang laten maupun yang sekedar trend, munculnya kompetitor lama maupun baru, kecenderungan perilaku belajar mahasiswa, dan perkembangan akademik yang ketat di setiap perguruan tinggi memunculkan pertanyaan:”Bagaimanakah strategi dakwah Islam kekinian dan ke depan yang tepat?”Apakah pola usroh masih efektif? Dll. Variabel ini menuntun kita untuk merumuskan segmentasi pasar kader HMI.
Media Dan Pusat Data
Setelah tiga (3) varibel di atas, kita harus memiliki pusat data yang memadai dan media distribusi informasi yang tepat guna. Disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan keahlian teknologi informasi kader. Jika pilihan issue dari hasil dialektika ketiga variable di atas tepat, maka problem selanjutnya adalah bagaimana cara distribusi dan pendekatan isu terhadap segmen pasar. Pusat data penting untuk meriset berbagai kecenderungan/trend. Sedangkan pilihan media penting untuk menyampaikan pesan kepada setiap bagian segmen pasar HMI.
JARINGAN HMI
Jaringan adalah bentuk-bentuk hubungan HMI dengan organisasi-organisasi, lembaga-lembaga, dan pihak-pihak di luar HMI. Pihak-pihak tersebut dapat dibedakan secara garis besar berdasarkan cakupan wilayah seperti lokal, nasional, dan internasional. Namun demikian, dapat juga diuraikan menurut relasi kekuasaan kontenporer yakni negara, masyarakat sipil, dan kelo.k pemodal. Perspektif lain untuk membedakan jaringan adalah menurut sektor yaitu politik, ekonomi, dansosial budaya. HMI melalui kader-kader, pengurus, maupun alumninya selama ini telah membina dan menciptakan jaringan yang sangat luas baik pada wilayah lokal, nasional, maupun internasional.
Mengapa harus dibentuk Jaringan?
Pembangunan jaringan diperlukan karena tujuan-tujuan HMI tidak dapat diwujudkan hanya melalui kerja-kerja HMI semata. HMI adalah bagian dari lingkungan masyarakat lokal, nasional, maupun internasional. Jaringan pada tingkat lokal perlu ditumbuh kembangkan karena wilayah ini merupakan basis HMI atau tempat HMI berpijak seperti perguruan tinggi, masyarakat sekitar, pemerintahan daerah, dan sebagainya. Dukungan dari perguruan tinggi dan masyarakat sekitarnya terhadap HMI mengingikasikan bahwa HMI membeirkan manfaat kepada lingkungannya. Pada tingkatan tertentu cabang-cabang HMI harus menunjukkan kontribusinya kepada perjuangan masyarakat sipil di daerah-daerah sebagai wujud implementasi asas Islam HMI dan tujuan untuk membentuk tatanan masyarakat yang diridloi Allah swt.
06 November 2007
Sejarah Perjuangan HMI
Sejarah Berdiri dan Tokoh-tokohnya
Karena campur tangan pemerintah serta adanya ide-ide pemikiran sekular dari para tokoh sekular, dalam perkembangannya sekarang ini IAIN lebih bercorak sebagai sebuah perguruan agama Islam yang bersifat sekular. Secara tidak disadari di kalangan para cendekiawan muslim jebolan perguruan sekular lebih berorientasi kepada ilmu (knowledge oriented) atau islamologi.
Tahun 1905, K.H. Samanhudi di Jawa Tengah mendirikan Sarekat Dagang Islam. Ia merupakan sebuah organisasi dagang untuk membantu para pedagang muslim, bersaing dengan lebih berhasil menghadapi kemajuan pedagang Cina yang sedang berkembang. belakangan nanti, ketika organisasi ini mendapatkan nama barunya, Sarekat Islam dalam tahun 1912, pimpinan Haji Samanhudi digantikan oleh H.O.S. Tjokroaminoto, seorang yang memiliki kharisma besar, seorang bangsawan terpelajar dengan pengalaman lama didalam birokrasi pemerintahan. Di bawah pengaruhnyalah lingkup organisasi ini meluas, bukan hanya masalah-masalah perdaganagn dan ekonomi, tetapi juga sosoial, keagamaan, dan politk sekaligus. Pergantian namanya itu benar-benar mencerminkan kawasan garapannya yang luas.
Perkembangan politik baru terjadi pada akhir tahun itu. Didorong oleh wawasan pragmatis untuk menghadapi masalah-masalah perkembangan ekonomi dan politik, pemerintahan Suharto melancarkan reorganisasi menyeluruh atas sistem politik yang berlaku. Kebutuhan untuk mengurangi jumlah partai-partai politik mendapat perhatian utama, karena di mata pemerintah partai-partai merupakan sebab pokok kegagalan Indonesia untuk berkembang sebagai suatu bangsa yang modern. Partai-partai itu bukannya berjuang untuk mengembangkan kepentingan nasional, melainkan selalu saling cakar-cakaran dan berebut demi kepentingan masing-masing. Karena pemilu 1971 telah dimenangkan secara gemilang oleh Golongan Karya (Golkar) yang terutama terdiri dari para pegawai negeri dan yang di pimpin oleh anggota-anggota militer, dengan segera gagasan pemerintah tersebut mendapat tanggapan positif di parlemen. DPR menetapkan sebuah undang-undang yang menuntut penyusutan jumlah partai-partai politik di dalam negeri. Maka, keempat partai politik Islam itu pun dilebur menjadi satu, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Selain PPP yang mewakili kepentingan politik ummatnya, ada sebuah partai yang terbentuk melalui fusi, antara lima partai politik yang disebut Partai Demoktasi Indonesia atau PDI. Partai ini terdiri dari berbagai unsur: nasionalis, sosialis, dan Kristen, baik Protestan maupun Katolik.
Pada zaman Gus Dur, lebih bebas lagi dan lebih edan. Karena bebasnya, hingga paham-paham atau idiologi yang selama ini tidak diakui pemerintah dibebaskan untuk hidup. Tokoh kontrovesial ini memang unik. Betapa banyaknya tokoh politik yang sehat-sehat dan pinter-pinter, tetapi dengan tingkah polah tokoh ini membuat mata tertuju pada gerak-geriknya yang unik dan membingungkan umat. Dan puncak kebingungan dari umat ini, pada sidang MPR pemilihan presiden, diangkatlah seorang Gus Dur menjadi presiden RI yang ke-4. Meskipun telah menjadi Presiden, Gusdur tetap Gusdur, bahkan kontroversialnya semakin menjadi-jadi hingga jajaran pemerintahan bingung. Jurus dewa mabuk yang dijalankannya menjadikan media masa waktu itu selalu menyoroti gerak-gerik langkah sang presiden yang disebut kyai itu. Tiada hari tanpa pemberitaan Gus Dur. Puncak perhatian mata tertuju pada Gus Dur tatkala menjelang detik-detik dikeluarkannya dekrit. Boleh dikatakan, apalagi di jajaran pejabat tinggi, di kalangan rakyat biasa saja sebagian kalangan waktu itu semalaman banyak yang tidur. Begitu dekrti dikeluarkan, terjadilah titik balik di mana yang semula setiap omongan dan perkataan Gus Dur itu diperhatikan orang, mulai saat itu berbalik menjadi tidak sama sekali diperhatikan. Posisi HMI waktu itu mayoritas tidak sejalan pemikirannya dengan kebijaksanaan pemerintah yang begitu bebasnya menghidupkan semua paham-paham, termasuk komunis.
Kegiatan Bidang Politik
Tahun 1960, ketika Masyumi dilarang, pada kongresnya yang ke-6, HMI hanya mencetuskan hal-hal penting yang secara politik tidak menimbulkan pertentangan sebagai dasar bagi programnya, seperti berikut:
- Tetap setia kepada Islam dan tanah air Indonesia.
- Meneruskan kepemimpinanya di tengah umat umumnya dan meneruskan pertanggungjawaban untuk mempersatukan anasir yang beraneka ragam di dalam umat.
- Melanjutkan kepemimpinan di tengah-tengah gerakan mahasiswa Indonesia.
- Melanjutkan penyiaran-penyiaran azas-azas masyarakat keislaman di tengah masyarakat Indonesia khususnya.
Dengan mendukung Presiden Soekarno, jelas bahwa HMI mengambil langkah politik secara hati-hati. Keberhasilan Presiden Soekarno membubarkan Masyumi menunjukan betapa sia-sianya penentangan politik. Dan, dikembalikannya Partai Komunis ke dalam kehidupan politik menunjukan betapa jauh langkah yang dipersiapkan untuk mempermantap kekuasaan pribadinya. Sesudah Masyumi dibubarkan, Presiden Soekarno tidak mendengar suara tantangan politik dari kalangan umat. Padahal, sebenarnya kaum muslim tradisionalis, seperti mislanya yang ada di tubuh Nahdatul Ulama, PSSI, dan perti, tidak mempunyai wawasan revolusioner, namun mereka berkerumun di sekitar program revolusioner Pesiden Soekarno. Yang menarik perhatian lebih lanjut ialah bahwasanya Presiden Sukarno, sebagai seorang revolusioner yang cukup pragmatis dan seorang ahli siasat yang cukup cakap, berhasil mengekang baik kaum komunis maupun kaum muslimin tradissional demi kepentingan suatu kekuasaan yang tak satu pun di antara keduanya itu mampu mengendalikannya. Kampanye Presiden Soekarno untuk menjebol kekutan apa yang di dinamakan olehnya "neo-kolonialisme", dan untuk memebersihkan semua perlawanan terhadap pemerintahnya, memuncak pada siasatnya untuk menggabungkan semua kekuatan revolusioner, yaitu pro Pesiden Soekarno, ke dalam Nasakom, kependekan dari Nasionalisme, Agama, dan Komunis.
- Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah dalang utama kup yang gagal itu.
- Seluruh barisan Islam harus bersatu di bawah pimpinan Nahdatul Ulama untuk mengutuk kaum komunis beserta simpatisan-simpatisannya.
- Mutlak perlu Partai Komunis Indonesia dibubarkan.
- HMI siap dengan segala daya membantu pelaksanaan pembubaran Partai Komunis Indonesia itu.
Dalam kongresnya pada than 1976, HMI menyerukan anggota-anggotanya untuk mengikuti pemilihan umum tahun 1977 sebagai pemilih-pemilih bebas. Walaupun demikian, sudah barang tentu mereka diingatkan untuk memberikan suaranya sejalan dengan asas-asas HMI dan keislaman. Oleh karenanya, Akbar Tanjung, ketua HMI pada masa lalu, berkampanye untuk golkar, sedangkan Ridwan Saidi, juga bekas ketua HMI, berkampanye untuk PPP.